Minggu, 22 Maret 2015

BAHASA INDONESIA 2 (Penalaran Induktif dan Deduktif)



BAHASA INDONESIA 2


Nama:       Prima Bayu Persada
NPM :       15212708
Kelas :       3EA25

A. PENALARAN
Penalaran (reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Ada dua jenis metode dalam menalar. Yaitu dengan Metode Induktif dan Metode Deduktif. 

B. INDUKTIF
Metode Penalaran Induktif
Metode penalaran induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan di fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Pengertian fenomena-fenomena individual sebagai landasan penalaran induktif harus diartikan pertama-tama sebagai data-data maupun sebagai pernyataan-pernyataan, yang tentunya bersifat faktual pula.
Metode Penalaran Induktif memiliki 3 bentuk, yaitu :
·         Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
·         Jika Sulkanafi mempunyai uang, Dia akan membeli handphone blackberry seri curve.
·         Jika Firda mempunyai uang, Dia akan membeli handphone blackberry seri bold.
·         Jika Johan mempunyai uang, Dia akan membeli handphone blackberry seri pearl.
·         Jika mereka mempunyai uang, mereka akan membeli handphone blackberry.      
Generalisasi sendiri terdiri dari 2 macam. Yaitu Generalisasi Sempurna dan Generalisasi Tidak Sempurna.
* Generalisasi Sempurna adalah Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. 
* Generalisasi Tidak Sempurna adalah Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
·         Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
1.     Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
2.    Meramalkan kesamaan
3.    Menyingkapkan kekeliruan
4.    Klasifikasi
Contoh: Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
·         Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam – macam Hubungan Kausal :
1.     Sebab – Akibat
Pepe Reina mencetak gol ke gawang sendiri sehingga mengakibatkan Liverpool kalah.
2.    Akibat – Sebab
Dono tidak dapat mengikuti ujian karena tidak memakai seragam sekolah.3.
1.     Akibat – Akibat
 Ayah melihat Bruno memilih-milih handphone di counter handphone blackberry, sehingga ayah beranggapan bahwa Bruno ingin membeli handphone blackberry.
C. DEDUKTIF
Metode Penalaran Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penarikkan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan, yaitu premis mayor dan premis minor dan sebuah kesimpulan.
·         Berikut ini bentuk – bentuk Silogisme :
1.  Silogisme Kategorial
Silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi kategorik, demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita berpijak harus merupakan proposisi universal, sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa proposisinya harus partikuler atau singuler, tetapi bisa juga proposisi universal tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya. Pangkalan khusus bisa menyatakan permasalahan yang berbeda dari pangkalan umumnya , tapi bisa juga merupakan kenyataan yang lebih khusus dari permasalahan umumnya dengan demikian satu pangalan umum dan satu pangkalan khusus dapat di hubungkan dengan berbagai cara tetapi hubungan itu harus di perhatikan kwalitas dan kantitasnya agar kita dapat mengambil konklusi atau natijah yang valid.
Contoh Silogisme Kategorial :
(P. Mayor) Blackberry meluncurkan handphone kualitas harga menengah keatas.
(P. Minor) Bold adalah salah satu seri blackberry.
(Kesimpulan)   Bold memiliki kualitas harga menengah keatas.
2.  Silogisme Hipotesis
Premis mayornya berupa proposisi hipotesis sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorik yang menetapkan atau mengingkari term antecendent atau term konsekwen premis mayornya . Sebenarnya silogisme hipotesis tidak memiliki premis mayor maupun premis minor karena kita ketahui premis mayor itu mengandung term predikat pada konklusi, sedangkan premis minor itu mengandung term subyek pada konklusi.
·         Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan ,
saya naik becak
Sekarang Hujan .
Jadi saya naik becak.
·         Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekwensinya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah
Sekarang bumi telah basah .
Jadi hujan telah turun
·         Silogisme hipotesis yang premis Minornya mengingkari antecendent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa , maka kegelisahan akan timbul .
Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa ,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul
·         Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuensinya , seperti:
Bila mahasiswa turun kejalanan ,
Pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan
Sumber:
http://the-end-forever-primmmbay.blogspot.com/2015/03/bahasa-indonesia-2-penalaran-induktif.html

0 Komentar:

Posting Komentar