ASPEK-ASPEK ETOS (ETIKA) KERJA
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
NAMA: PRIMA BAYU PERSADA
NPM: 15212708
KELAS: 4EA25
MataKuliah: ETIKA BISNIS
Isu tentang pentingnya meningkatkan etos (etika)
kerja pada organisasi pemerintah dan swasta semakin mencuat akhir-akhir ini.
Hal itu disebabkan semakin disadarinya pentingnya pemahaman etos kerja sebagai
solusi untuk memecahkan masalah, terutama yang terkait dengan moral hazard
di tempat kerja.
1. Tutur – sapa
Kebiasaan dalam tutur sapa dikantor yaitu menyapa customer, karyawan lain , atau atasan dengan sebutan Bapak, Ibu atau Tuan dengan memberikan senyum ramah tamah.
2. Selama Jam Kerja
Selama Jam kerja dilarang merokok dan mengobrol di meja kerja mengenai masalah pribadi. Membawa Makan dimeja kerja .
3. Menerima Tamu
Terhadap tamu tamu urusan bisnis / dinas kita harus memberikan pelayanan terbaik dengan menunjukkan sikap sopan, perhatian dan tidak cuek.
4. Bicara Melalui Telepon
Mengucapkan kalimat dengan nada lembut tegas, menjelaskan dengan jelas dan terang .mengontrol volume suara karena Customer lebih menghargai suara yang mudah ditangkap dibandingkan senyum yang diberikan.
5. Memahami dan mengerti budaya kantor
Mulai dari sikap kerja ,cara berbusana di tempat kerja, menghormati lingkungan yang ada ditempat kerja seperti senior.
6. Penuhi Tugas dan Tanggung Jawab
Tidak melimpahkan tugas kita keorang lain jika kita masih mampu mengerjakannya.Setiap karyawan diberikan job masing masing sesuai bidangnya.
7. Karyawan yang tidak absen dikarenakan telat akan dikenakan sanksi berupa denda.
Telat Minimal 15 menit dengan memberikan penjelasan yang sesuai fakta konkrit. Bagi yang tidak masuk dikarenakan sakit membawa surat dokter rumah sakit yang telah ditunjuk perusahaan.
8. Datang tepat waktu dan pulang tepat waktu juga
9. Menjaga ketertiban dan keamanan di kantor
10. Merawat barang-barang milik kantor
11. Menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan tepat waktu
12. Menjaga hubungan baik dengan orang-orang kantor
13. Mentaati dan mematuhi peraturan tertulis yang berlaku
14. Selalu siap sedia membantu atasan dan teman sekantor
15. Melaporkan kepada atasan bila terjadi hal yang tidak terduga
16. Menghemat penggunaan listrik dan air bersih selama bekerja
17. Bertanya kepada yang mengerti jika ada pertanyaan tentang pekerjaan
18. Merapikan tempat kerja agar tidak berantakan
19. Menjaga kerapian dan kebersihan penampilan
20. Siap kerja lembur jika dibutuhkan
21. Mengakui dan minta maaf jika melakukan kesalahan dalam bekerja
22. Sanggup ditugaskan ke luar kota atau bahkan ke luar negeri
Artikel ini mencoba untuk menjawab apa yang
dimaksud tentang etos kerja, aspek dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
terwujudnya etos kerja di sebuah organisasi.
Pengertian Etos Kerja
Menurut K. Bertens (1994), secara etimologis
istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tempat hidup”. Mula-mula
tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Sejalan dengan
waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks. Dari
kata yang sama muncul pula istilah ethikos yang berarti “teori
kehidupan”, yang kemudian menjadi “etika”.
Dalam bahasa Inggris, etos dapat diterjemahkan
menjadi beberapa pengertian antara lain starting point, to appear,
disposition hingga disimpulkan sebagai character. Dalam bahasa
Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai “sifat dasar”, “pemunculan” atau
“disposisi (watak)”.
Webster Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a
person, group or institution. Etos adalah keyakinan yang menuntun
seseorang, kelompok atau suatu institusi.
Sedangkan dalam The American Heritage
Dictionary of English Language, etos diartikan dalam dua pemaknaan, yaitu:
- The disposition, character, or attitude peculiar to a specific people, culture or a group that distinguishes it from other peoples or group, fundamental values or spirit, mores. Disposisi, karakter, atau sikap khusus orang, budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau kelompok lain, nilai atau jiwa yang mendasari, adat-istiadat.
- The governing or central principles in a movement, work of art, mode of expression, or the like. Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan, pekerjaan seni, bentuk ekspresi, atau sejenisnya.
Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa
etos merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang
secara mendasar mempengaruhi kehidupan, menjadi prinsip-prinsip pergerakan, dan
cara berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan
yang sama.
Menurut Anoraga (2009), etos kerja merupakan
suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila
individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur
bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya
sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi
kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah.
Menurut Sinamo (2005), etos kerja adalah
seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang
disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika
seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja,
mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan
melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Itulah yang akan menjadi
budaya kerja.
Sinamo (2005) juga memandang bahwa etos kerja
merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik. Pandangan ini
dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber
di awal abad ke-20 dan penulisan-penulisan manajemen dua puluh tahun belakangan
ini yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di
berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku
kerja. Sebagian orang menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan (habit)
dan budaya kerja. Sinamo lebih memilih menggunakan istilah etos karena
menemukan bahwa kata etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku
khas dari sebuah organisasi atau komunitas, tetapi juga mencakup motivasi yang
menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik,
kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan,
prinsip-prinsip, dan standar-standar.
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara
etimologis maupun praktis dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan
seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang sekelompok manusia
untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas
kehidupan, sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.
Aspek-Aspek Etos (Etika) Kerja
Menurut Sinamo (2005), setiap manusia memiliki
spirit (roh) keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati
keberhasilan. Roh inilah yang menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja
keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional, bertanggung jawab dan
sebagainya. Lalu perilaku yang khas ini berproses menjadi kerja yang positif,
kreatif dan produktif.
Dari ratusan teori sukses yang beredar di
masyarakat sekarang ini, Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat
pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab
menopang semua jenis dan sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable
success system) pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu
dikonstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya sebagai Catur Dharma
Mahardika (bahasa Sansekerta) yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama,
yaitu:
- Mencetak prestasi dengan motivasi superior.
- Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner.
- Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif.
- Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani.
Keempat darma ini kemudian dirumuskan menjadi
delapan aspek etos kerja sebagai berikut:
1. Kerja adalah rahmat. Apa pun pekerjaan kita, entah
pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari
Tuhan. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen
dan udara tanpa biaya sepeser pun.
2. Kerja adalah amanah. Kerja merupakan titipan berharga
yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan
benar dan penuh tanggung jawab. Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati
dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.
3. Kerja adalah panggilan. Kerja merupakan suatu darma
yang sesuai dengan panggilan jiwa sehingga kita mampu bekerja dengan penuh
integritas. Jadi, jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, kita
bisa berucap pada diri sendiri, “I’m doing my best!”. Dengan begitu kita
tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya.
4. Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan adalah sarana bagi
kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi, sehingga kita akan bekerja
keras dengan penuh semangat. Apa pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan,
ahli hukum, semuanya bentuk aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah,
bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan
membuat kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk bekerja jauh lebih menyenangkan
daripada duduk termenung tanpa pekerjaan.
5. Kerja adalah ibadah. Bekerja merupakan bentuk bakti
dan ketakwaan kepada Tuhan, sehingga melalui pekerjaan manusia mengarahkan
dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini pada
gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari
uang atau jabatan semata.
6. Kerja adalah seni. Kesadaran ini akan membuat kita
bekerja dengan perasaan senang seperti halnya melakukan hobi. Sinamo
mencontohkan Edward V Appleton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku,
rahasia keberhasilannya meraih penghargaan sains paling begengsi itu adalah
karena dia bisa menikmati pekerjaannya.
7. Kerja adalah kehormatan. Seremeh apa pun pekerjaan
kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik,
maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita. Sinamo mengambil
contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap
bekerja (menulis), meskipun ia dikucilkan di Pulau Buru yang serba terbatas.
Baginya, menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, semua novelnya menjadi
karya sastra kelas dunia.
8. Kerja adalah pelayanan. Manusia bekerja bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus
bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. Apa pun pekerjaan kita,
pedagang, polisi, bahkan penjaga mercusuar, semuanya bisa dimaknai sebagai
pengabdian kepada sesama.
Anoraga (2009) juga memaparkan secara eksplisit
beberapa sikap yang seharusnya mendasari seseorang dalam memberi nilai pada
kerja, yang disimpulkan sebagai berikut:
1. Bekerja adalah hakikat kehidupan
manusia.
2. Bekerja adalah suatu berkat
Tuhan.
3. Bekerja merupakan sumber
penghasilan yang halal dan tidak amoral.
4. Bekerja merupakan suatu
kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti.
5. Bekerja merupakan sarana
pelayanan dan perwujudan kasih
Dalam tulisannya, Kusnan (2004) menyimpulkan
pemahaman bahwa etos kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki dua
alternatif, positif dan negatif. Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda
sebagai berikut:
1. Mempunyai penilaian yang sangat
positif terhadap hasil kerja manusia,
2. Menempatkan pandangan tentang
kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia,
3. Kerja yang dirasakan sebagai
aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia,
4. Kerja dihayati sebagai suatu
proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam
mewujudkan cita-cita,
5. Kerja dilakukan sebagai bentuk
ibadah.
Bagi individu atau kelompok masyarakat yang
memiliki etos kerja yang rendah, maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang
sebaliknya (Kusnan, 2004), yaitu :
1. Kerja dirasakan sebagai suatu hal
yang membebani diri,
2. Kurang dan bahkan tidak
menghargai hasil kerja manusia,
3. Kerja dipandang sebagai suatu
penghambat dalam memperoleh kesenangan,
4. Kerja dilakukan sebagai bentuk
keterpaksaan,
5. Kerja dihayati hanya sebagai
bentuk rutinitas hidup.
Dari berbagai aspek yang telah disebutkan di
atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki etos kerja tinggi akan
terus berusaha untuk memperbaiki dirinya, sehingga nilai pekerjaannya bukan
hanya bersifat produktif materialistik tapi juga melibatkan kepuasaan
spiritualitas dan emosional.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos (etika) kerja dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
- Agama
Dasar pengkajian kembali makna etos kerja di
Eropa diawali oleh buah pikiran Max Weber.Salah satu unsur dasar dari
kebudayaan modern, yaitu rasionalitas (rationality) menurut Weber (1958)
lahir dari etika Protestan. Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai.
Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para
penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai
oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan
beragama. Dengan demikian, kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang
dapat memacu pembangunan, jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya
pembangunan atau modernisasi.
Weber memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi
dalam protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional, berdisiplin
tinggi, bekerja tekun sistematik, berorientasi sukses (material), tidak
mengumbar kesenangan --namun hemat dan bersahaja (asketik), dan suka menabung
serta berinvestasi, yang akhirnya menjadi titik tolak berkembangnya kapitalisme
di dunia modern.
Sejak Weber menelurkan karya tulis The
Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958), berbagai studi
tentang etos kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang
secara umum mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem
kepercayaan tertentu dengan kemajuan ekonomi, kemakmuran, dan modernitas
(Sinamo, 2005).
- Budaya
Luthans (2006) mengatakan bahwa sikap mental,
tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya.
Kemudian etos budaya ini secara operasional juga disebut sebagai etos kerja.
Kualitas etos kerja ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat
yang bersangkutan. Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan
memiliki etos kerja yang tinggi. Sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa
sama sekali tidak memiliki etos kerja.
- Sosial politik
Menurut Siagian (1995), tinggi atau rendahnya
etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya struktur
politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil
kerja keras mereka dengan penuh.
- Kondisi lingkungan (geografis)
Siagian(1995) juga menemukan adanya
indikasi bahwa etos kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis.
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut.
- Pendidikan
Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan
kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat
seseorang mempunyai etos kerja keras. Meningkatnya kualitas penduduk dapat
tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu, disertai dengan
peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan keterampilan, sehingga
semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat sebagai pelaku
ekonomi (Bertens, 1994).
- Motivasi intrinsik individu
Anoraga (2009) mengatakan bahwa individu
memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos
kerja merupakan suatu pandangan dan sikap, yang tentunya didasari oleh
nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan ini menjadi suatu motivasi
kerja, yang mempengaruhi juga etos kerja seseorang.
Menurut Herzberg (dalam Siagian, 1995), motivasi
yang sesungguhnya bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam
(terinternalisasi) dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi
intrinsik. Ia membagi faktor pendorong manusia untuk melakukan kerja ke dalam
dua faktor yaitu faktor hygiene dan faktor motivator. Faktor hygiene
merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak ada,
yang akan menyebabkan ketidakpuasan. Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi, tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi. Faktor ini
disebut juga faktor ekstrinsik, yang termasuk diantaranya yaitu gaji, status,
keamanan kerja, kondisi kerja, kebijaksanaan organisasi, hubungan dengan rekan
kerja, dan supervisi. Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih
tinggi, tentunya organisasi tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa
faktor hygiene tidak menjadi penghalang dalam upaya menghadirkan
motivasi ekstrinsik.
Faktor yang kedua adalah faktor motivator
sesungguhnya, yang mana ketiadaannya bukan berarti ketidakpuasan, tetapi
kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai manusia. Faktor ini disebut juga
faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi pencapaian sukses (achievement),
pengakuan (recognition), kemungkinan untuk meningkat dalam karier (advancement),
tanggungjawab (responsibility), kemungkinan berkembang (growth
possibilities), dan pekerjaan itu sendiri (the work itself). Hal-hal
ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja dan menggerakkan
pegawai hingga mencapai performa yang tertinggi.
Dengan memahami apa itu etos kerja, serta
aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menerapkan etos kerja serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya diharapkan sebuah organisasi (termasuk
organisasi Kementerian Keuangan) akan meningkat produktifitas dan profesionalitas
kerjanya.
Indonesia sangat membutuhkan peningkatan etos
kerja di semua lini organisasi pemerintahan dan swasta, sehingga di masa depan
dapat terwujud bangsa Indonesia yang maju dan disegani masyarakat
internasional.
Contoh Etika di Lingkungan Kerja
1. Tutur – sapa
Kebiasaan dalam tutur sapa dikantor yaitu menyapa customer, karyawan lain , atau atasan dengan sebutan Bapak, Ibu atau Tuan dengan memberikan senyum ramah tamah.
2. Selama Jam Kerja
Selama Jam kerja dilarang merokok dan mengobrol di meja kerja mengenai masalah pribadi. Membawa Makan dimeja kerja .
3. Menerima Tamu
Terhadap tamu tamu urusan bisnis / dinas kita harus memberikan pelayanan terbaik dengan menunjukkan sikap sopan, perhatian dan tidak cuek.
4. Bicara Melalui Telepon
Mengucapkan kalimat dengan nada lembut tegas, menjelaskan dengan jelas dan terang .mengontrol volume suara karena Customer lebih menghargai suara yang mudah ditangkap dibandingkan senyum yang diberikan.
5. Memahami dan mengerti budaya kantor
Mulai dari sikap kerja ,cara berbusana di tempat kerja, menghormati lingkungan yang ada ditempat kerja seperti senior.
6. Penuhi Tugas dan Tanggung Jawab
Tidak melimpahkan tugas kita keorang lain jika kita masih mampu mengerjakannya.Setiap karyawan diberikan job masing masing sesuai bidangnya.
7. Karyawan yang tidak absen dikarenakan telat akan dikenakan sanksi berupa denda.
Telat Minimal 15 menit dengan memberikan penjelasan yang sesuai fakta konkrit. Bagi yang tidak masuk dikarenakan sakit membawa surat dokter rumah sakit yang telah ditunjuk perusahaan.
8. Datang tepat waktu dan pulang tepat waktu juga
9. Menjaga ketertiban dan keamanan di kantor
10. Merawat barang-barang milik kantor
11. Menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan tepat waktu
12. Menjaga hubungan baik dengan orang-orang kantor
13. Mentaati dan mematuhi peraturan tertulis yang berlaku
14. Selalu siap sedia membantu atasan dan teman sekantor
15. Melaporkan kepada atasan bila terjadi hal yang tidak terduga
16. Menghemat penggunaan listrik dan air bersih selama bekerja
17. Bertanya kepada yang mengerti jika ada pertanyaan tentang pekerjaan
18. Merapikan tempat kerja agar tidak berantakan
19. Menjaga kerapian dan kebersihan penampilan
20. Siap kerja lembur jika dibutuhkan
21. Mengakui dan minta maaf jika melakukan kesalahan dalam bekerja
22. Sanggup ditugaskan ke luar kota atau bahkan ke luar negeri
Sumber:
0 Komentar:
Posting Komentar