Senin, 09 November 2015

Peran Etika Lingkungan Dalam Memoderasi Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Berwawasan Lingkungan Terhadap Kinerja Karyawan Berwawasan Lingkungan

Peran Etika Lingkungan Dalam Memoderasi Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Berwawasan Lingkungan Terhadap Kinerja Karyawan Berwawasan Lingkungan



NAMA: PRIMA BAYU PERSADA
NPM: 15212708

Kelas: 4EA25

Direct Link of Jurnal: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106998&val=4048






Peran Etika Lingkungan Dalam Memoderasi
Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi
Berwawasan Lingkungan Terhadap Kinerja
Karyawan Berwawasan Lingkungan

I Gusti Putu Diva Awatara
Program Doktor Ilmu Lingkungan Pascasarjana
Universitas Sebelas  Maret Surakarta



Abstract
This study aims to know impact of environmental ethics in moderating the inlu- ence of environmental leadership and organizational culture of environmentally friendly on employee performance of environmentally friendly. Analytical techniques used in this study is the moderating regression analysis (MRA).
The result show that: 1) environmental leadership has a positive inluence on em- ployee performance of environmentally friendly, 2) organizational culture of environmen- tally friendly had no inluence on emplpoyee performance of environmentaly friendly, 3) the environmental ethics in moderating the inluence of environmental leadership on em- ployee performance of environmentally friendly, 4) the environmental ethics can't mod- erating the inluence  of organizational culture of environmentally friendly on employee performance of environmentally friendly.
Keywords: environmental ethics, environmental leadership, organization culture, employee performance, environmentally friendly




A.Pendahuluan
Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam per- ikehidupan manusia. Krisis lingkungan global yang terjadi saat ini berupa: (1) kerusakan hutan, tanah, lapisan ozon; (2) pencemaran: udara, air, tanah, laut; (3) kepunahan:  sumber daya energy dan min- eral, keanekaragaman hayati (darat, laut, udara), mata air; (4) perubahan iklim glob- al dan bencana lingkungan: banjir, longsor, kekeringan, badai, kenaikan permukaan laut; (5) masalah sosial terkait: kemiski- nan, kelaparan, ketidakadilan, kekerasan, konflik sosial, pelanggaran hak asasi ma- nusia, penyakit, kematian. Krisis lingkun- gan global ini menjadi ancaman sangat besar, serius dan nyata terhadap kehidupan


(Keraf, 2011).
Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini juga bersumber dari kesalahan perilaku manusia terhadap cara pandang dan kesalahan eksplorasi sumber daya alam. Kerusakan lingkungan akibat dari perilaku manusia yang bermental frontier yaitu manusia berpandangan bahwa sum- ber kekayaan alam tidak terbatas, manusia bukan bagian dari alam dan alam ada untuk dikuasai dan digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Dengan kondisi saat ini dalam satu atau dua bulan kedepan diprediksi masih terjadi hujan dengan intensitas tinggi maka diperlukan upaya-upaya pencegahan yang harus dimiliki oleh seluruh stakehold- ers  baik  masyarakat,  pemerintah  daerah,





perusahaan, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi dan lain-lain untuk bersa- ma-sama melaksanakan tindakan preventif secara menyeluruh dengan meminimalisir setiap risiko yang akan terjadi.
Enger & Smith (2008) menya- takan   bahwa   terdapat   hubungan   yang saling  harmonis  antara  lingkungan  den- gan manusia terutama perilaku manusia pada lingkungan. Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan dapat dilihat dalam aktivitas masyarakat dalam mengelola lingkungan sekitarnya seperti kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam upacara-upacara ritual yang diadakan oleh Keraton Kasunanan Surakakarta dan Pura Mangkunegaran, upacara ritual penggilin- gan tebu di pabrik gula Gondang dan lain- lain.
Pembangunan lingkungan dituju- kan agar terjadi peningkatan kualitas ling- kungan. Peningkatan kualitas lingkungan adalah pengurangan dalam kontaminasi antropogenik sampai pada tingkat yang da- pat diterima oleh masyarakat. Pengakuan kualitas lingkungan sebagai tujuan yang diterima di seluruh dunia telah menuntut adanya kesadaran akan arti pentingnya lingkungan dalam cakrawala waktu yang lebih panjang. Masyarakat telah mulai menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi mungkin mempunyai pengaruh berlawa- nan terhadap persediaan sumber daya alam yang mungkin mengancam kapasitas, produktivitas dan kesejahteraan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan menuntut pengelolaan sumber daya alam sedemikian rupa sehingga ketersediaan dan kualitas jangka panjangnya terjamin. Pen- capaian keseimbangan yang tepat antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian sumberdaya alam merupakan tujuan utama pembangunan berkelanjutan.
Kepemimpinan yang berwawasan lingkungan sangat dibutuhkan dan semakin memainkan peran penting dalam mengatasi permasalahan lingkungan. Peran pemimpin


di tingkat atas maupun tingkat bawah san- gat menentukan keberhasilan suatu pro- gram yang dilakukan oleh organisasi, tidak terkecuali dalam program lingkungan hidup. Penelitian Muchiri (2002) menyata- kan bahwa kepemimpinan transformasion- al berpengaruh positif dan signifikan ter- hadap perilaku karyawan dan komitmen karyawan serta kinerja organisasi. Podsa- koff et al (1996) mencatat bahwa mayoritas penelitian mengemukakan pemimpin yang efektif merubah nilai dasar, kepercayaan, kebiasaan (habits), sikap dari bawahan akan dapat meningkatkan kinerja melebihi level minimum. Hasil ini juga menunjuk- kan bahwa kemungkinan bawahan memi- liki kinerja melebihi apa yang seharusnya atau melebihi level minimum organisasi akan tergantung juga pada kepemimpinan. Hasil penelitian Svenson & Wood (2006) menunjukkan bahwa etika kepemimpinan yang berkelanjutan merupakan proses per- baikan terus menerus tanpa henti baik di dalam organisasi maupun interaksi dengan lingkungan dan masyarakat.
Kepemimpinan adalah sebuah proses dinamis dimana seorang individu mempengaruhi orang lain untuk berkon- tribusi pada pencapaian tugas kelompok (Cole,  1996).  Pengaruh  ini  akan  diang- gap   sepenuhnya   sah   oleh   orang-orang yang menanggapi kepemimpinan sebagai proses (Morden, 1997). Kepemimpinan lingkungan dapat memuaskan pemangku kepentingan (Robinson & Clegg, 1998). Manajer puncak dapat merangsang motif untuk mencari perubahan organisasi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan untuk mendapatkan kom- ersial serta keuntungan kompetitif melalui kepemimpinan lingkungan. Kepemimpinan lingkungan berasal dari empat arah yaitu menginspirasi visi lingkungan hidup ber- sama, pendekatan pengelolaan lingkungan hidup, menciptakan kemitraan dengan para pemangku kepentingan untuk memecah- kan masalah lingkungan dan untuk men-





capai tujuan lingkungan serta mengambil tanggung pendidikan lingkungan dengan maksud menarik karyawan dalam inisiatif pengelolaan lingkungan (Dechant & Alt- man, 1994). Ramus (2001) menunjukkan bahwa pentingnya peran kepemimpinan dalam memecah hambatan organisasi un- tuk kemajuan lingkungan hidup sehingga perusahaan dapat meningkatkan kinerja lingkungannya. Kontribusi pemimpin di- anggap penting karena bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi melalui pen- ciptaan strategi visi dan promosi bentuk- bentuk tertentu secara berkelanjutan agar keunggulan kompetitif dapat tercapai (Fer- nandez et al, 2003).
Budaya organisasi merupakan ke- biasaan, tradisi atau cara yang umum da- lam melakukan sesuatu dan sebagian be- sar berasal dari pendiri organisasi, di lain pihak seseorang dalam sebuah organisasi memiliki budaya tersendiri. Seseorang yang merasa tidak nyaman dalam satu ling- kungan budaya tertentu akan mengalami ketidakberdayaan dan kekhawatiran akan tetapi jika seseorang merasa nyaman den- gan lingkungan budayanya akan memper- lihatkan sikap yang lebih positif dan memi- lih tinggal lebih lama dalam lingkungan budaya tersebut.. Hasil penelitian Gordon
& Tomaso (1992) menunjukkan bahwa ki- nerja perusahaan dipengaruhi oleh budaya organisasi, demikian pula hasil penelitian Kotter & Heskett (1992) menunjukkan bahwa  kesesuaian  hubungan  organisasi dan strategi diperlukan untuk mendukung kinerja.
Etika adalah sebuah cabang filsafat mengenai nilai dan norma moral yang me- nentukan perilaku manusia dalam hidup- nya, sebagai cabang filsafat etika sangat menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat nilai dan norma moral serta per- masalahan-permasalahan yang timbul da- lam kaitan dengan nilai dan norma moral itu. Etika adalah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang me-


nentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia baik secara pribadi maupun secara kelompok. Etika lingkungan berperan penting dalam men- ingkatkan kinerja lingkungan organisasi. Menurut Keraf (2011) kesalahan cara pan- dang manusia terhadap dirinya, alam dan hubungan manusia dengan alam seperti rakus, tamak, pola konsumsi dan produksi yang eksesif, eksploitatif dan tidak ber- tanggung jawab dari individu, masyarakat, dunia usaha dan pemerintah menimbulkan etika lingkungan yang buruk (bad ethics). Semakin baik etika lingkungan yang dimi- liki individu, masyarakat, dunia usaha dan pemerintah maka akan semakin baik hasil kualitas lingkungan hidup yang ada.
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka pokok masalah dalam penelitian ini: 1) apakah kepemimpinan berwawasan lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan berwawasan lingkungan?, 2) apakah budaya organisasi berwawasan lingkungan berpengaruh signifikan terh- adap kinerja pegawai berwawasan lingkun- gan?, 3) apakah etika lingkungan memod- erasi pengaruh kepemimpinan berwawasan lingkungan secara signifikan terhadap kin- erja pegawai berwawasan lingkungan?, 4) apakah etika lingkungan memoderasi pen- garuh kepemimpinan berwawasan ling- kungan secara signifikan terhadap kinerja pegawai berwawasan lingkungan?
Tujuan yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh: 1) kepemimpinan berwawasan lingkungan terhadap kinerja pegawai ber- wawasan lingkungan, 2) budaya organisasi berwawasan lingkungan terhadap kinerja pegawai berwawasan lingkungan, 3) etika lingkungan dalam memoderasi pengaruh kepemimpinan berwawasan lingkungan terhadap kinerja pegawai berwawasan lingkungan, 4) etika lingkungan dalam memoderasi pengaruh kepemimpinan ber- wawasan lingkungan terhadap kinerja pe-





gawai berwawasan lingkungan.
Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1) untuk Pemerintah Kabupaten/Kota, penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan organisasi guna meningkatkan kinerja pegawai berwawasan lingkungan, 2) untuk masyarakat, peneli- tian ini dapat dijadikan panduan dalam me- nyikapi berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini maupun mengantisi- pasi berbagai dampak negatif dari berbagai bencana yang sedang timbul dengan lebih memperhatikan aspek-aspek yang diteliti,
3) untuk ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan refer- ensi penelitian lebih lanjut bagi para penel- iti yang akan datang, khususnya terhadap aspek-aspek yang secara rinci belum dapat diungkapkan dalam penelitian ini.

B. Tinjauan Pustaka
1. Kajian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah pola menye- luruh  dari  tindakan  seorang  pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsis- ten dari falsafah, keterampilan, sifat dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Kepemimpinan yang menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap ke- mampuan bawahannya (Veithzal, 2006).
Seorang    pemimpin    memerlukan
syarat-syarat  sebagai  berikut:  (Kartono,
2005)
a. Kelenturan Budaya (cultural flex- ibility), kelenturan budaya tidak hanya un- tuk mengelola, tetapi persyaratan ini juga untuk mengenali dan menerima perbedaan- perbedaan yang ada dalam organisasinya.
b. Ketrampilan          berkomunikasi (communication skills), pemimpin yang efektif harus mampu berkomunikasi, baik


secara tertulis, lisan maupun secara non
verbal.
c. Ketrampilan  dalam  Manajemen Sumberdaya Manusia (HRD Skills), yaitu berkaitan dengan pemimpin dalam usah- anya untuk meningkatkan suasana pem- belajaran, merancang program pelatihan, menyebarkan informasi dan pengalaman, meramalkan hasil akhir, mengadakan kon- seling karir, menciptakan perubahan organ- isasi dan menyesuaikan diri dengan semua pihak.
d. Kreativitas  (creativity),  kreativi- tas tidak hanya dimiliki oleh pemimpin itu sendiri, melainkan sebagai pemimpin.
Kepemimpinan merupakan proses atau rangkaian kegiatan yang saling ber- hubungan satu dengan yang lain, meskipun tidak mengikuti rangkaian yang sistematis. Rangkaian itu berisi kegiatan menggerak- kan, membimbing dan mengarahkan serta mengawasi orang lain dalam berbuat se- suatu, baik secara perseorangan maupun bersama-sama.  Seluruh  kegiatan  itu  da- pat disebut sebagai usaha mempengaruhi perasaan, pikiran dan tingkah laku orang lain  ke  arah  pencapaian  suatu  tujuan, oleh karena itu kepemimpinan juga meru- pakan proses interaksi antar seseorang (pemimpin) dengan sekelompok orang lain yang menyebabkan orang seorang atau sekelompok berbuat sesuatu yang sesuai dengan  kehendak  pemimpin  (Handoko,
2002).
2. Kajian Budaya Organisasi
Pabundu (2008) menyatakan budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota- anggota organisasi kemudian dikembangan dan diwariskan guna mengatasi masalah- masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal, sedangkan menurut McKenna dan Beech (2000) budaya or- ganisasi atau budaya organisasi merupakan seperangkat nilai yang diterima selalu be- nar, yang membantu seseorang dalam or- ganisasi untuk memahami tindakan-tinda-





kan mana yang dapat diterima dan tindakan mana yang tidak dapat diterima, sedangkan menurut Makmuri (2005) budaya organ- isasi  didefinisikan sebagai  sebuah  corak dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan atau dikembangkan oleh sebuah kelompok tertentu untuk belajar mengatasi problem- problem kelompok dari Adaptasi eksternal dan integrasi internal yang telah bekerja dengan baik.
Menurut McKenna dan Beech (2000) budaya organisasi atau budaya or- ganisasi dapat dibagi menjadi empat tipe:
a. Budaya  kekuasaan  (power  cul- ture)
Sejumlah kecil eksekutif senior menggunakan kekuasaan yang lebih ban- yak dalam cara memerintah. Ada keper- cayaan dalam sikap mental yang kuat dan tegas untuk memajukan perhatian organ- isasi.
b. Budaya peran (role culture)
Ada kaitan dengan prosedur-prose- dur birokratis, seperti peraturan-peraturan pemerintah dan peran spesifik yang jelas karena diyakini bahwa hal ini akan men- stabilkan sistem.
c. Budaya pendukung (support cul- ture)
Ada kelompok atau komunitas yang mendukung orang yang mengusahakan in- tegrasi dan seperangkat nilai bersama.
d. Budaya    prestasi    (achievement
culture)
Ada suasana yang mendorong ek- sepsi diri dan usaha keras untuk adanya independensi dan tekanannya ada pada ke- berhasilan dan prestasi.
Menurut Pabundu (2008) karakter- istik budaya organisasi meliputi:
a. Inisiatif  individual  yaitu  tingkat tanggungjawab, kebebasan atau indepen- densi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat.
b. Toleransi     terhadap     tindakan berisiko yaitu dalam budaya organisasi perlu  ditekankan  sejauh  mana  para  pe-


gawai dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko. Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi kepada pegawai untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi serta berani mengambil risiko terhadap apa yang dilakukannya.
c. Pengarahan  yaitu  sejauh  mana suatu organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercan- tum dalam visi, misi dan tujuan organisa- si.
d. Integrasi yaitu sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit-unit or- ganisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
e. Dukungan  manajemen  yaitu  se- jauh mana pimpinan dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta du- kungan yang jelas terhadap bawahan.
f. Kontrol yaitu diperlukan sejumlah peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi
g. Identitas yaitu sejauh mana para anggota organisasi dapat mengidentifikasi- kan dirinya sebagai satu kesatuan dalam organisasi dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu.
h. Sistem imbalan yaitu sejauh mana alokasi imbalan seperti kenaikan gaji dan promosi didasarkan atas prestasi kerja pe- gawai.
i. Toleransi  terhadap  konflik yaitu sejauh mana pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terpadu.
j. Pola   komunikasi   yaitu   sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal, kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan.
3. Kajian Etika Lingkungan
Suseno (1987) mengungkapkan bah-
wa etika merupakan filsafat atau pemikiran





kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Menurut Enger & Bradley (2008) etika adalah satu bagian dari filosofis. Etika dapat membantu mengetahui apa yang dilaksanakan  sudah benar atau salah.
Menurut Ward et al (1993) mend- efinisikan  etika  sebagai  sebuah  proses yaitu proses penentuan yang kompleks tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi  tertentu. Argumen  ini  didasarkan pada ketidaksetujuan terlalu sederhananya persepsi umum atas pengertian etika yang hanya dianggap pernyataan benar salah atau baik buruk. Proses itu sendiri meliputi penyeimbangan pertimbangan  sisi  dalam (inner) dan sisi luar (outer) yang disifati oleh kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran masing-masing individu.
Menurut Eldon & Bradley (2008) teori etika lingkungan dapat dibagi men- jadi 3 pendekatan filosofis yaitu:
a. Antroposentrisme yaitu lingkun- gan diperhatikan sejauh memenuhi kepent- ingan manusia yang utama adalah kepent- ingan ekonomi manusia.
b. Biosentrisme   yaitu   lingkungan hidup diperhatikan karena berkaitan den- gan tanggung jawab moral menjaga ke- hidupan.
c. Ekosentrisme     yaitu     manusia adalah bagian dari alam maka alam men- jadi tanggung jawab manusia; seluruh eko- sistem bernilai karena kehidupan bergan- tung pada ekosistem dan mahluk ekologis.
4. Kajian Kinerja
Kinerja   mempunyai   arti   penting bagi pegawai, oleh karena dengan adanya penilaian kinerja berarti pegawai menda- pat perhatian dari atasannya, disamping itu akan menambah gairah kerja pegawai, kar- ena dengan penilaian kinerja ini mungkin pegawai yang berprestasi dipromosikan, dikembangkan dan diberi penghargaan atas prestasi tersebut, sebaliknya pegawai yang tidak berprestasi mungkin akan didemosi- kan. Penilaian kerja yang efektif dan adil


berkelanjutan perlu diperhatikan karena akan meningkatkan motivasi dan kinerja pegawai.
Pengertian kinerja pada dasarnya adalah kegiatan dan hasil yang dapat dica- pai atau dilanjutkan seseorang atau sekel- ompok orang di dalam pelaksanaan tugas, pekerjaan  dengan  baik,  artinya  menca- pai sasaran atau standar kerja yang telah ditetapkan sebelum dan atau bahkan dapat melebihi standar yang ditentukan oleh pe- rusahaan pada periode tertentu (Handoko,
2002).
Mahsun (2006) mendefinisikan ki- nerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian  pelaksanaan  suatu  kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewu- judkan sasaran, tujuan, misi dan visi organ- isasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi.
Menurut Hessel (2007) faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja organ- isasi adalah motivasi, budaya organisasi, kompensasi, kepemimpinan, kepuasan kerja, kedisiplinan, lingkungan kerja dan komitmen organisasi, sedangkan menurut Yuwono dalam Hessel (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi adalah tujuan organisasi, budaya organisa- si, kepemimpinan dan kualitas kerja.
Menurut Mangkunegara (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang dan demografi; faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, attitude, personality, pembelajaran dan motivasi serta faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan desain kerja.







Kepemimpinan
Berwawasan
Lingkungan




 
5. Kerangka Pemikiran


H1







Kinerja
Berwawasan
Lingkungan







 
H3




Budaya organisasi
berwawasan lingkungan




 
H2




H4

Etika  Lingkungan




6. Pengembangan Hipotesis
a. Keberhasilan    suatu    organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada mutu kepemimpi- nan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan sehingga mutu kepemimpi- nan  dalam  organisasi  memainkan  per- anan penting dalam keberhasilan organ- isasi dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam ki- nerja pegawainya. Hasil penelitian Bass (1985) menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan tingkat kinerja organisasi, penelitian Bu- chko (2007) menunjukkan hasil bahwa kepemimpinan dapat mempengaruhi nilai dasar manajemen yang dapat dilihat dari kinerja pegawai. Penelitian Gadot (2007) menunjukkan hasil terdapat hubungan lang- sung positif antara kepemimpinan dan kin- erja pegawai,   sedangkan hasil penelitian MacKenzie et al (2001) dan Parry (2003) menunjukkan hasil terhadap hubungan negatif antara kepemimpinan transaksional terhadap kinerja organisasi. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis 1:
H1:Kepemimpinan       berwawasan


lingkungan berpengaruh terhadap kinerja
pegawai berwawasan lingkungan.
b. Budaya  organisasi  dapat  mem- pengaruhi kinerja karyawan karena budaya organisasi dapat menciptakan suatu tingkat dorongan yang luar biasa dalam diri kary- awan. Nilai-nilai dan perilaku yang dianut bersama membuat karyawan merasa nya- man dalam bekerja untuk organisasi. Rasa komitmen atau loyal membuat karyawan berusaha lebih keras untuk menghasilkan kinerja terbaik. Menurut Robbins (2001) bahwa budaya organisasi sebagai variabel campur tangan. Para karyawan memben- tuk suatu persepsi subyektif keseluruhan mengenai organisasi berdasarkan pada faktor-faktor seperti toleransi risiko, teka- nan pada tim dan dukungan orang. Persepsi yang  mendukung  atau  tidak  mendukung ini kemudian mempengaruhi kinerja den- gan dampak yang lebih besar pada budaya yang lebih kuat. Hasil penelitian Goh et al (2006) menunjukkan hasil bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, penelitian Supartha (2006) menunjukkan hasil terdapat pengaruh positif dan signifikan antara budaya organ- isasi terhadap kinerja. Berdasarkan uraian





di atas maka hipotesis 2 dalam penelitian ini adalah:
H2:Budaya organisasi berwawasan lingkungan berpengaruh terhadap kinerja pegawai berwawasan lingkungan
c.  Kemajuan organisasi sangat di- tentutan oleh kepemimpinan yang ada di dalam organisasi. Peran pemimpin untuk menciptakan perubahan positif dapat di- lakukan melalui perbaikan berkelanjutan ki- nerja pegawai yang ada di organisasi terse- but (Luthas, 1995). Perilaku kepemimpinan yang berwawasan lingkungan sangat dibu- tuhkan saat ini dan masa yang akan datang dalam menghasilkan kinerja pegawai ber- wawasan lingkungan. Kondisi ini semakin di dukung jika setiap pegawai mampu me- mahami dan mengimplementasikan etika lingkungan dengan baik. Hasil penelitian Svensson & Wood (2007) menunjukkan hasil bahwa kepemimpinan yang beretika secara berkelanjutan dapat membantu peru- sahaan dalam menghasilkan kinerja organ- isasi secara maksimal, hasil penelitian Fro- deman (2006) menunjukkan bahwa etika lingkungan mampu mendorong pemimpin untuk selalu secara konsisten peduli terh- adap lingkungan sehingga mempengaruhi kinerja dalam melaksanakan setiap peker- jaannya. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis 3 dalam penelitian ini adalah:
H3:Etika lingkungan dapat memod- erasi pengaruh kepemimpinan berwawasan lingkungan terhadap kinerja pegawai ber- wawasan lingkungan
d. Budaya organisasi semakin disa- dari berperan besar dalam meningkatkan kinerja organisasi. Jones (2001) mengata- kan bahwa organizational culture is the set of shared values and norms that controls organizational members interactions with each other and with suppliers, customers and other people outside the organization. Dari penjelasan ini dapat dinyatakan seba- gai berikut: (1) budaya terbentuk sejak dini melalui lingkungan, (2) budaya menyedia- kan sarana bagi anggota untuk menyelesai-


kan masalah eksternal dan internal, (3) bu- daya sebagai nilai dan kebiasaan bersama yang membentuk perilaku anggota organ- isasi dan (4) budaya memiliki lapisan atau hirarki meliputi organisasi, kelompok dan individu. Menurut Frodeman (2008) etika lingkungan memiliki peran penting dalam memperkuat pengaruh budaya lingkungan terhadap kinerja lingkungan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis 4 dalam pe- nelitian ini adalah:
H4:Etika lingkungan dapat memod- erasi pengaruh budaya organisasi berwa- wasan lingkungan terhadap kinerja pe- gawai berwawasan lingkungan
C.Metode Penelitian
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, wawancara dan kuesioner. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan manajemen di tingkat atas, menengah dan bawah pada Pabrik Gula PTPN IX Jawa Tengah. Sampel dalam penelitian ini se- banyak 60 responden. Teknik sampling yang digunakan untuk penentuan sampel adalah random sampling yaitu pengambi- lan sampel secara acak.
Definisi operasional dan penguku- ran variabel yang digunakan dalam pene- litian ini adalah;
1. Kepemimpinan        Berwawasan
Lingkungan
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses dimana seorang anggota dari sebuah organisasi mempengaruhi in- terpretasi peristiwa, pilihan tujuan dan strategi serta dapat memotivasi orang un- tuk mencapai tujuan. Penelitian ini men- gacu pada Dechant dan Altman (1994) dan mendefinisikan kepemimpinan lingkungan sebagai suatu proses dinamis satu orang mempengaruhi orang lain untuk berkontri- busi pada pencapaian manajemen lingkun- gan serta pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Kepemimpinan berwa- wasan lingkungan diukur dengan memodi- fikasi indikator yang dikembangkan oleh





Dechant & Altman (1994) yang meliputi kompetensi lingkungan, sistem manaje- men lingkungan, integritas, kepedulian pada lingkungan, komunikasi dan visioner pada lingkungan
2. Budaya  Organisasi  Berwawasan
Lingkungan
Budaya organisasi dapat didefinisi- kan satu set asumsi mental bersama yang panduan interpretasi dan tindakan dalam organisasi dengan mendefinisikan perilaku yang sesuai untuk berbagai situasi (Fiol,
1991).  Budaya  organisasi  merupakan nilai-nilai  yang  menjadi  pegangan  selu- ruh karyawan dalam menjalankan tugas- nya dan sekaligus mempengaruhi perilaku karyawan. Budaya organisasi berwawasan lingkungan diukur dengan memodifikasi instrumen yang dikembangkan oleh Deni- son & Mishra (1995) yang meliputi perbai- kan berkelanjutan, inovasi, sikap, perilaku dan pengetahuan berwawasan lingkungan.
3. Etika Lingkungan
Etika   lingkungan   adalah   aktivi- tas multidimensi yang melibatkan aspek fisik, biologi, ekonomi, hukum, sosiologi, psikologi dan filosofi. Etika lingkungan di- ukur dengan memodifikasi instrumen yang


dikembangkan oleh Manning et al (1999) yang meliputi ekologis, efisiensi, spiritual, keberlanjutan generasi masa depan, kuali- tas hidup dan humanitarianisme.
4. Kinerja  Karyawan  Berwawasan
Lingkungan
Kinerja dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kel- ompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan organisasi. Kinerja diu- kur dengan memodifikasi indikator yang dikembangkan oleh Janseen (2001) yang meliputi: kuantitas kerja, kualitas kerja, efektivitas dan efisiensi kerja, pengetahuan serta kemampuan karyawan.
Teknik analisis yang digunakan uji instrumen penelitian meliputi uji validitas dan uji reliabilitas; uji asumsi klasik dan analisis regresi moderating (moderating regression analysis).
D. Hasil Penelitian
1. Pengujian  Instrumen  Penelitian
dan Kelayakan Model
Pengujian instrumen penelitian menggunakan uji validitas dan reliabilitas, sedangkan uji kelayakan model menggu-


Tabel 1. Pengujian Instrumen Penelitian & Kelayakan Model

P e n g u j i a n
u j i
A la t
V a r i a b e l
S t a t u s



I n s t r u m e n
P e n e l it ia n






K e la y a k a n
M o d e l


V a l i d it a s
P r o d u c t m o m e n t
K e p e m i m p i n a n            b e r w a w a s a n
l i ng k un ga n
V a l i d
P r o d u c t m o m e n t

P r o d u c t m o m e n t
B u d a y a    o r g a n is a s i    b e r w a w a s a n
l i ng k un ga n
E t i k a l i n g k u n g a n
V a l i d

V a l i d
P r o d u c t m o m e n t
K i n e r j a b e r w a w a s a n l in g k u n g a n
V a l i d


R e l i a b i l it a s


N o r m a l it a s
C r o n ba c h  a l p ha
K e p e m i m p i n a n            b e r w a w a s a n
l i ng k un ga n
R e l i a b e l
C r o n ba c h  a l p ha
B u d a y a    o r g a n is a s i    b e r w a w a s a n
l i ng k un ga n
R e l i a b e l
C r o n ba c h  a l p ha
E t i k a l i n g k u n g a n
R e l i a b e l
C r o n ba c h  a l p ha

K o l m og or ov
s m i r n o v t e s t
K i n e r j a b e r w a w a s a n l in g k u n g a n
R e l i a b e l

N o r m a l
M u l t i k o l i n i e r it a s

H e t e r o s k e d a s t i s i t a s
N i l a i V I F d a n
T ol e r a nc e

G l e j s e r

T i d a k              t e r j a d i
ga n g gua n
m u l t i k o l i n i e r i ta s
T id a k t e rj a d i ga ng gu a n
h e t e r o s k e d a s t is it a s
A u t o k o r e l a s i
R u n T e s t

T id a k t e rj a d i
ga ng gu a n
a u t o k o r e l a s i

Sumber: hasil olah data, 2011





nakan uji normalitas data, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolin- ieritas. Adapun  hasil  uji  istrumen  pene- litian dan kelayakan model dapat dilihat dalam tabel 1.
Hasil pengujian instrumen penelitian dengan menggunakan uji validitas menun- jukkan bahwa seluruh variabel penelitian dalam status valid dan reliabel, sedangkan pengujian kelayakan model menunjukkan bahwa data penelitian dalam status normal dan tidak terjadi gangguan multikolinieri- tas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan den- gan menggunakan 2 tahapan regresi yaitu regresi pertama dan kedua. Adapun hasil uji regresi selengkapnya dapat dilihat da- lam tabel 2.


erasi pengaruh kepemimpinan berwawasan lingkungan terhadap kinerja karyawan ber- wawasan lingkungan, sedangkan interaksi budaya organisasi berwawasan lingkungan dengan etika lingkungan (moderat 2) tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan berwawasan lingkungan sehingga etika lingkungan tidak dapat memoderasi pen- garuh budaya organisasi berwawasan ling- kungan terhadap kinerja karyawan berwa- wasan lingkungan.
3. Implikasi Manajerial
Hasil ini mengindikasikan bahwa kepemimpinan berwawasan lingkungan mulai tingkat Administratur sampai ting- kat kepala stasiun di masing-masing pabrik gula PTPN IX memiliki kontribusi dalam meningkatkan kinerja karyawan berwa- wasan lingkungan, hal ini dapat dilihat dari semakin  meningkatnya  komitmen  kesa-



Pengujian Hipotesis




Hasil pengujian hipotesis menun- jukkan bahwa kepemimpinan berwawasan lingkungan dan etika lingkungan berpengar- uh terhadap kinerja karyawan berwawasan lingkungan, sedangkan budaya organisasi berwawasan lingkungan tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan berwawasan lingkungan. Interaksi kepemimpinan ber- wawasan lingkungan dengan etika ling- kungan (moderat 1) berpengaruh terhadap kinerja karyawan berwawasan lingkungan sehingga etika lingkungan dapat memod-


daran dan kepedulian seluruh shareholders perusahaan akan pentingnya pengelolaan lingkungan hidup. Kondisi ini tidak ter- lepas karena adanya: a) tuntutan perusa- haan untuk mentaati peraturan perundang- undangan yang berlaku diantaranya UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam  Pengelolaan  Lingkungan  Hidup,





ini disebabkan karena sanksi tegas yang diberikan Pemerintah kepada perusahaan yang  tidak  mentaati  terhadap  pengelo- laan lingkungan hidup khususnya ditinjau dari aspek pencemaran air, pencemaran udara, pengelolaan limbah B3 dan penera- pan AMDAL. Selama periode tiga tahun terakhir mulai periode tahun 2008-2009 sampai dengan 2010-2011 menunjukkan penurunan kinerja perusahaan dalam pen- gelolaan lingkungan hidup, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


rasi atau perusahaan mempertimbangkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan juga kemampuan dalam mengelola risiko kredit yang berdampak pada  lingkungan  hidup.  Untuk  itu  dibu- tuhkan peningkatan kepemimpinan ber- wawasan lingkungan melalui peningkatan kompetensi dalam bidang lingkungan, in- tegritas dan kepedulian yang tinggi pada lingkungan serta memiliki visi pelestarian dan pengelolaan lingkungan   hidup dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan ber-



Tabel 3. Peringkat PROPER Perusahaan PTPN IX (Persero) Jawa Tengah

Sumber: Laporan Hasil Penilaian Proper diolah, 2011


Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari enam perusahaan pabrik gula PTPN IX Jawa Tengah, hanya satu perusahaan yang berperingkat biru (perusahaan telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan keten- tuan dan/atau peraturan perundang-undan- gan), sedangkan lima perusahaan lainnya menunjukkan tren penurunan. Untuk itu perusahaan harus melakukan restrukturisa- si dalam pengelolaan lingkungan hidup, b) kesepakatan bersama antara Bank Indone- sia dengan Kementrian Lingkungan Hidup pada tanggal 17 Desember 2010 untuk mendorong green banking, sehingga peru- sahaan dituntut untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup apabila ingin memperoleh pinjaman kredit sesuai kebutuhan perusahaan karena dengan adanya kesepakatan ini setiap bank dalam memberikan kredit kepada korpo-


wawasan lingkungan di pabrik gula PTPN
IX Jawa Tengah
Budaya organisasi berwawasan ling- kungan tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan berwawasan lingkungan, karena perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di perusahaan PTPN IX khususnya sektor tanaman semusim (pabrik gula) se- lama ini belum menjadi kebiasaan yang diterapkan dalam sistem manajemen ling- kungan  yang  dilakukan  perusahaan.  Hal ini disebabkan karena tidak adanya bagian lingkungan dalam struktur organisasi pe- rusahaan dan terbatasnya karyawan yang ahli di bidang lingkungan. Selama ini pen- anganan permasalahan lingkungan di peru- sahaan ditangani oleh bagian pengolahan sehingga penanganan terkait permasalahan lingkungan terkesan tidak fokus, dilak- sanakan secara parsial (hanya bagian atau individu-individu tertentu saja) yang terli-





bat dan justru menyebabkan overload yang tinggi pada bagian pengolahan. Dengan kondisi ini budaya organisasi berwawasan lingkungan tidak mempengaruhi kinerja karyawan berwawasan lingkungan.
Etika lingkungan mampu mem- perkuat pengaruh kepemimpinan berwa- wasan lingkungan terhadap kinerja kary- awan berwawasan lingkungan. Semakin meningkat pemahaman dan pelaksanaan etika lingkungan yang dimiliki setiap kary- awan maka akan memiliki dampak positif dalam memperkuat pengaruh kepemimpi- nan berwawasan lingkungan terhadap kin- erja karyawan berwawasan lingkungan. Un- tuk itu diperlukan sikap dan perilaku setiap karyawan agar dapat tercapai keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara share- holders perusahaan dengan lingkungan hidup melalui optimalisasi aspek ekologis, efisiensi, spiritual, keberlanjutan generasi masa depan, kualitas hidup dan humanitari- anisme. Masih ditemukannya cara pandang karyawan yang antroposentrisme yang me- mandang bahwa alam merupakan bagian terpisah dari manusia dan bahwa manusia adalah pusat dari sistem alam mempunyai peran besar terhadap terjadi permasalahan lingkungan hidup yang ada.
Etika lingkungan tidak dapat mem- perkuat pengaruh budaya organisasi ber- wawasan lingkungan terhadap kinerja karyawan berwawasan lingkungan. Kon- disi ini disebabkan karena budaya organ- isasi dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di perusahaan belum menjadi kebiasaan yang diterapkan dalam sistem manajemen lingkungan perusahaan, sehingga menginternalisasikan akan pent- ingnya perlindungan dan pengelolaan ling- kungan hidup kepada seluruh shareholders perusahaan harus menjadi prioritas penting dalam perbaikan berkelanjutan di perusa- haan. Situsi ini tidak terlepas karena masih ditemukan cara pandang karyawan antro- posentrisme. Menurut Eldon & Bradley (2008) antroposentrisme yaitu lingkungan


diperhatikan sejauh memenuhi kepentin- gan manusia yang utama adalah kepentin- gan ekonomi manusia, sehingga cara pan- dang ini dapat melahirkan perilaku yang eksploitatif dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungannya.


E.Penutup
1.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dihasilkan adalah:
a. Kepemimpinan berwawasan ling- kungan berpengaruh positif terhadap kin- erja karyawan berwawasan lingkungan di Pabrik Gula PTPN IX Jawa Tengah.
b. Budaya  organisasi  berwawasan lingkungan tidak berpengaruh terhadap ki- nerja karyawan berwawasan lingkungan di Pabrik Gula PTPN IX Jawa Tengah.
c. Etika lingkungan dapat memod- erasi pengaruh kepemimpinan berwawasan lingkungan terhadap kinerja karyawan ber- wawasan lingkungan di Pabrik Gula PTPN IX Jawa Tengah.
d. Etika   lingkungan   tidak   dapat memoderasi pengaruh budaya organisasi berwawasan   lingkungan   terhadap   kin- erja karyawan berwawasan lingkungan di Pabrik Gula PTPN IX Jawa Tengah.
2. Keterbatasan penelitian
a. Penelitian  ini  hanya  memfokus- kan pada peran etika lingkungan dalam memoderasi pengaruh kepemimpinan ber- wawasan lingkungan dan budaya organisa- si terhadap kinerja karyawan berwawasan lingkungan.
b. Penelitian ini dilakukan di Pabrik
Gula PTPN IX Jawa Tengah.
c. Sampel  yang  digunakan  dalam penelitian adalah karyawan yang menja- bat posisi sesuai struktur organisasi dan tidak melibatkan karyawan teknis di pabrik gula.
3. Saran
a. Perlu   dibentuk   adanya   bagian lingkungan dalam struktur organisasi pe- rusahaan  agar  penanganan  perlindungan





dan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilakukan secara menyeluruh sehingga di- harapkan dapat menjadi perusahaan terbu- ka dalam industri gula di Indonesia.
b. Perusahaan PTPN IX Jawa Ten- gah dapat bekerjasama dengan berbagai perguruan tinggi atau organisasi yang ahli dalam penanganan perlindungan dan pen- gelolaan lingkungan hidup seperti IALHI sebagai upaya edukasi dan pendampingan dalam rangka memenuhi atau melebih persyaratan (beyond compliance) pera- turan perundang-undangan yang berlaku, disamping meningkatkan citra perusahaan secara nasional dan internasional, mem- permudah akses lembaga perbankan dan melakukan tindakan preventif untuk men- gurangi risiko dampak sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Pene- litian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.
Bass, B.M. 1985. Leadership and Perfor- mance beyond Expectations. Free Press. New York. Amerika Serikat.
Buchko, A. Aaron.  2007.  The  Effect  of Leadership on Values Based Man- agement. Leadership & Organiza- tion Development Journal. Vol. 28. No. 1. pp. 36 - 50.
Dechant, K & Altman B. 1994. Environ- mental leadership: from compli- ance to competitive advantage. Academy of Management Execu- tive. Vol. 8. No. 3. pp. 7 - 20.
Denison, DR & Mishra, AK. 1995. Toward a theory of organizational culture and effectiveness. Organization Science. Vol. 6. No. 2. pp. 204 -
223
Enger D. Eldon & Bradley F. Smith., 2008.
Environmental Science: A Study of Interrelationships. MCGraw Hill International. New York. Amerika Serikat.
Fiol.  CM.  1991.  Managing  culture  as  a


competitive resource: an identity based view of sustainable competi- tive advantage. Journal of Man- agement. Vol 17. No. 1. pp. 191
- 211.
Gadot, Eran Vigoda. 2007. Leadership Style, Organization Politics and Employees Performance: An Em- pirical Examination of Two Com- peting Models. Personnel Review. Vol. 36. No. 5. pp. 661 - 683.
Ghozali, Imam. 2004. Analisis Multivari- ate Dengan Program SPSS. Sema- rang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Goh, Eng Ann., Suhaiza Zailani & Nabsiah Abd Wahid. 2006. A Study on The Impact of Environmental Manage- ment System (EMS) Certification Toward Firms Performance in Ma- laysia. Management of Environ- mental  Quality: An  International Journal. Vol. 17. No. 1. pp. 73 -
93.
Gomez, Faustino Cardoso. 2003. Manaje- men Sumber Daya Manusia. Yog- yakarta: Penerbit Andi.
Gordon, G.G & Tomaso, N.D., 1992. Pre- dicting Corporate Performance from Organizational Culture. Jour- nal  of  Management  Studies,  29:
783 - 797.
Handoko, Hani. 2002. Manajemen Perso- nalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE UGM.
Hessel Nogi Tangkalisan. 2007. Manaje- men Publik. Jakarta: Grasindo.
Janseen,  Onne.,  2001.  Fairness  Percep- tion as Moderator in The Curvi- linear Relationshiop Between Job Demand   and   Job   Performance and Job Satisfaction. Academy of Management Journal. Vol. 44. No.
5. pp. 1039 - 1050.
Kartono, Kartini. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.





Keraf, Sonny., 2011. Etika Lingkungan Hidup. Workshop Kepemimpinan Daerah Berwawasan Lingkungan. Hotel Santika: 28 November 2011. Yogyakarta.

Kotter, J.P & Heskett, J.L., 1992. Corpo- rate Culture and Performance. The Free Press. Maxwell Macmillan International, New York.
Luthas, Fred. 1995. Organizational Behav- ior.  Seventh  Edition.  New York: McGraw Hill, Inc. New York.
Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Ki- nerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.
Makmuri, Muchlas. 2005. Perilaku Organ- isasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Mangkunagara, Anwar Prabu. 2007. Evalu- asi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama.
Manning. Robert, William Valliere & Ben Minteer., 1999. Value, Ethics and Attitudes Toward National Forest Management: An Empirical Study. Society & Natural Resources, 12: pp. 421 - 436.
McKenna dan Nic Beech. 2000. Manaje- men Sumber Daya Manusia. Yog- yakarta: Penerbit Andi.
MacKenzie,   S.B.,   Podssakoff,   P.M.   & Rich, G.A. 2001. Transformational and Transactional Leadership and Salesperson Performance. Journal of Academy of Marketing Science. Vol. 2. pp. 115 - 134.
Muchiri Michael Kibaara., 2002. The Ef- fect of Leadership Style on Organi- zational Citizenship Behavior and Commitment: The  Case  of  Rail- way Corporation. Gadjah Mada International Journal of Business. Vol. 4, No. 2. pp. 265 - 293.
Pabundu, Tika. 2008. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusa- haan. Jakarta: Bumi Aksara.


Parry, K.W. 2003. Leadership, Culture and Performance: The Case of The New Zealand Public Sector. Jour- nal of Change Management. Vol.
4, pp. 376 - 399.
Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B & Bom- mer, W.H. 1996. Transformational Leader Behaviors and Substitutes for  Leadership  as  Determinants of Employee Satisfaction, Com- mitment, Trust and Organizational Citizenship Behaviors. Journal of Management, Vol. 22. No. 22., 259
- 298.
Robbins P. Stephen. 2001. Organizational Behavior. 2001. Prentice Hall, Inc. New Jersey.
Sedarmayanti, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokra- si dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: Refika Aditama.
Siagian, Sondang. 2007. Manajemen Sum- ber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono.  2001.  Metodologi  Penelitian
Bisnis. Bandung: Alfabeta
Suparmoko  M  &  Suparmoko  Maria  R.,
2000. Ekonomi Hijau. BPFE. Yo- gyakarta.
Supartha, Wayan Gede., 2006. Pengaruh Kebijakan dan Kepemimpinan Pe- merintah Daerah Terhadap Budaya Organisasi, Disiplin Pegawai dan Kinerja Puskesmas. Jurnal Bisnis
& Manajemen. Vol. 6, No. 2. Hal.
121 - 140.
Suseno, Frans Magnis., 1997. Etika Dasar.
Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Svenson Goran & Wood Greg., Sustainable Leadership Ethics: a Continuous and Iterative process. Leadership
&   Organizational   Development
Journal. Vol. 28. No. 3. pp. 251 -
268.
Veithzal Rivai, 2006. Kepemimpinan dan
Perilaku  Organisasi.  Jakarta:  PT.





RajaGrafindo Persada.
Ward., Suzenne Pinac, D.R Ward., & A.B.
Deck., 1993. Certified Public Ac-













 















 
countants: Ethical Perception Skill

and Attitudes on Ethics Education. Journal of Business Ethics. pp. 601
- 610.



Lampiran



Model Summary







Adjusted

Std. Error of
1
,874 a
,764
,751
2,98552
a.
Predictors: (Constant), Etika lingkungan, Kepemimpinan berwawasan lingkungan, Budaya




ANOVAb


Sum of
1           Regression   1615,035               3            538,345       60,398           ,000a
Residual          499,148             56               8,913
Total              2114,183             59 a.
Predictors: (Constant), Etika lingkungan, Kepemimpinan berwawasan lingkungan,
b.


Coefficien tsa


Unstandardized            Standardized


1              (Constant)                                        6,183             2,404                                            2,572               ,013
Kepemim pinan
berwawasan l ingkungan                ,371               ,116                       ,336            3,191               ,002
Budaya organisasi
berwawasan l ingkungan                ,154               ,119                       ,146            1,296               ,200
Etika lingkungan                               ,535               ,088                       ,514            6,084               ,000












M o d e l S um m a r y





A d ju ste d

S td . Erro r o f
1
,8 9 4a
,8 0 0
,7 8 1
2 ,8 0 1 1 9
a .
P re d icto rs: (C o n sta n t), M O D ER AT 2 , K e p e m im p i n a n b e rwa wa s a n lin g k u n g a n , E tika l in g ku n g a n , Bu d a y a






ANOVAb





Sum of




1            Regression Residual Total
1690,462
423,721
2114,183
5
54
59
338,092
7,847
43,087
,000a
a.
Predictors: (Constant), MODERAT2, Kepemim pinan berwawasan lingkungan, Etika
b.



Coefficientsa


Unstandardized       Standardized

1            (Constant)                               35,376          9,692                                      3,650            ,001
Kepemim pinan
berwawasan lingkungan         -1,040            ,657                  -,940         -1,583            ,119
Budaya organisasi
berwawasan lingkungan            ,676            ,622                   ,641          1,087            ,282
Etika lingkungan                        -,469            ,334                  -,451         -1,404            ,166
MODERAT1                               ,048            ,022                 2,405          2,153            ,036
MODERAT2                              -,018            ,021                  -,872           -,879            ,383 a.


0 Komentar:

Posting Komentar